Menerangi dalam Kegelapan.

SELAMAT DATANG DI BLOG TAUFIK YULIANTO | Follow twitter & instagram @taufikyulian21 | SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADAN 1441 H | Mari bergerak bersama untuk memutus penyebaran virus Covid-19 | tetap #dirumahaja dan jangan lupa #pakaimasker jika keluar rumah |

Jul 13, 2014

Menang ojo umuk, kalah ojo ngamuk.

Spanduk Pemilu 2014 Polres Bantul
"Menang ojo umuk, kalah ojo ngamuk."
Tulisan yang terpampang cukup besar di sebuah spanduk dari kepolisian di kota Semarang tersebut cukup menarik perhatianku ketika itu.
Betapa tidak, karena waktu itu negeri ini sedang dalam masa kampanye pemilu pilihan presiden 2014 atau yang biasa disebut dengan Pilpres.
Pilpres kali ini hanya diikuti oleh dua orang calon pasangan presiden dan wakil presiden, sangat menarik karena ini adalah kali pertama pemilihan presiden di Indonesia hanya diikuti oleh dua pasangan calon.
Paslon (pasangan calon-red) nomor urut satu adalah Prabowo Subianto-Muhammad Hatta. Sedangkan paslon kedua adalah Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kedua paslon tersebut diusung oleh beberapa partai politik yang berkoalisi, seperti Gerindra, PPP, Golkar, PKS, PBB dan PAN yang mengusung paslon nomor urut satu serta PDI-P, PKB, Hanura dan PKPI yang mengusung paslon nomor urut dua.
Masa kampanye dilakukan sekitar kurang lebih satu bulan, mulai awal Juni. Yang sangat menarik perhatian adalah adanya isu-isu kampanye hitam atau black campaign yang dilakukan oleh masing-masing pasangan calon. Hal itu yang kemudian menimbulkan "jarak" di masyarakat antara pendukung pasangan nomor urut satu dan pasangan nomor urut dua. Banyak masyarakat yang tergiring opininya karena isu-isu kampanye hitam yang marak di media. Bahkan, media nasional pun mulai tidak netral dalam pemberitaan. Media televisi nasional seperti MNC Grup (RCTI-MNCTV-GlobalTV) dan VIVA Grup (antv-tvOne) lebih cenderung memihak kepada pasangan calon nomor urut satu, sedangkan MetroTV lebih cenderung memihak kepada pasangan nomor urut dua.
Tidak berakhir sampai masa kampanye saja, bahkan ketika hari pencoblosan dilakukan, yakni hari Rabu 9 Juli 2014, keberpihakan media nasional tersebut masih nampak. Seperti yang biasa dilakukan media nasional ketika ada pesta demokrasi, mereka berlomba-lomba membuat program hitung cepat atau yang biasa dikenal dengan quick count. Menariknya, ketika pilpres 2014 kali ini, hasil quick count yang dipublikasikan media nasional berbeda. Media yang berpihak pada pasangan nomor urut satu, mempublikasikan hasil quick count mereka yang mengunggulkan pasangan Prabowo-Hatta, sedangkan media nasional lain yang notabene netral termasuk MetroTV mempublikasikan hasil quick count yang mengunggulkan pasangan Jokowi-JK. Tidak hanya sampai di situ, bahkan masing-masing pasangan pun mendeklarasikan kemenangan mereka yang didapat dari hasil quick count tersebut. Saling klaim kemenangan pun terjadi hingga tanggal 22 Juli 2014 nanti ketika KPU mengeluarkan pengumuman resmi hasil pemilihan presiden yang dihitung secara manual.
"Menang ojo umuk, kalah ojo ngamuk"
Pesan dari kalimat terebut adalah bagi siapa saja yang merasa dirinya menang janganlah berlaku sombong, dan bagi pihak yang merasa kalah terimalah dengan lapang dada dan jangan berlaku anarkis. #IndonesiaDamai

Read More
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Iqro'

Kawanku

Powered by Blogger.