Menerangi dalam Kegelapan.

SELAMAT DATANG DI BLOG TAUFIK YULIANTO | Follow twitter & instagram @taufikyulian21 | SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADAN 1441 H | Mari bergerak bersama untuk memutus penyebaran virus Covid-19 | tetap #dirumahaja dan jangan lupa #pakaimasker jika keluar rumah |

Jul 23, 2016

Cita-citaku menjadi ...

Setiap tanggal 23 Juli, di Indonesia diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Sejarah hari anak nasional berawal dari gagasan mantan presiden RI ke-2, yakni Bapak Soeharto yang melihat anak-anak sebagai aset untuk kemajuan bangsa, sehingga sejak tahun 1984 berdasarkan Keputusan Presiden RI No 44 tahun 1984, ditetapkan setiap tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Kegiatan Hari Anak Nasional dilaksanakan mulai dari tingkat pusat, hingga daerah. 
Pagi ini cahaya mentari tampak bersinar memberikan kehangatan di tengah dinginnya hawa pegunungan. Hari ini, tanggal 23 Juli 2016 bertepatan dengan hari Sabtu. Masih seperti jadwal yang berlaku pada tahun pelajaran sebelumnya, setiap hari Sabtu pagi diadakan kegiatan senam bersama seluruh siswa SD Negeri Keditan. Semua siswa tampak bersemangat bergerak mengikuti irama musik senam kesehatan jasmani.

Beberapa hari sebelumnya, saya pernah bertanya kepada para siswa kelas IV mengenai cita-cita mereka. Berbagai macam cita-cita muncul dari kepolosan anak-anak. Ada yang ingin menjadi dokter, polisi, tentara, guru, perawat dan sopir. Satu anak yang menurut saya unik bernama Ahmad Falah atau biasa dipanggil Falah. Setiap hari dia memakai peci ke sekolah, ketika saya tanya apa cita-citanya kemudian dia menjawab kalau dia ingin seperti Abahnya. Abahnya adalah seorang pemuka agama di desa tempat tinggalnya.
Meskipun hari ini adalah hari yang ditetapkan pemerintah untuk memperingati Hari Anak Nasional, tetapi tidak ada acara khusus untuk memperingatinya di sekolah kami. Saya, sebagai wali kelas IV memiliki ide kecil untuk menghidupkan peringatan Hari Anak Nasional kali ini. Saya ingin menumbuhkan semangat belajar dan semangat optimisme kepada para siswa.
Setelah tanda bel berbunyi, anak-anak masuk ke kelas masing-masing, termasuk juga kelas IV. Semua telah duduk rapi di tempat duduk masing-masing. Saya memerintahkan anak-anak untuk mempersiapkan alat gambar mereka. Kemudian, saya meminta kepada mereka untuk menggambar apapun yang berhubungan dengan cita-cita yang mereka inginkan. Berbagai macam gambar pun muncul, sesuai dengan cita-cita mereka masing-masing.

Cita-citaku menjadi ..

Perkenalkan, kami siswa-siswi kelas IV SD Negeri Keditan,
Ummu Nila bercita-cita menjadi guru,
Juwanti bercita-cita menjadi guru,
Cendyi Cici bercita-cita menjadi guru,
Amelia Nagita bercita-cita menjadi dokter,
Santi bercita-cita menjadi perawat,
Fara bercita-cita menjadi dokter,
Nabila bercita-cita menjadi guru,
Ika bercita-cita menjadi dokter,
Nurul bercita-cita menjadi dokter,
Muhammad Ibnu bercita-cita menjadi sopir,
Ahmad Falah bercita-cita menjadi pendakwah,
M. Miftahul Falah bercita-cita menjadi tentara,
Andika Hafiz bercita-cita menjadi tentara,
Galang Ade bercita-cita menjadi polisi. 
Gantunglah cita-cita kalian setinggi langit. Tetap semangat untuk belajar dan optimis dalam meraih cita-cita kalian. Jangan lupa berdo'a untuk mempermudah usaha kalian. Selamat Hari Anak Nasional, nak.


Keditan, 23 Juli 2016
Taufik Yulianto
Read More
Share:

Apr 26, 2016

Di sini, aku juga belajar

SD Negeri Keditan (photo by Street view Google Map)
Satu minggu sebelum wisuda sarjana dari Universitas Negeri Semarang atau lebih dikenal dengan nama UNNES, aku mendapat sebuah amanah untuk membagikan sedikit ilmu yang kudapat selama kuliah di suatu sekolah yang istimewa. Cerita panjang sebelum akhirnya aku mendapat sebuah panggilan untuk mengajar di sebuah Sekolah Dasar yang berada di kaki Gunung Telomoyo, atau lebih tepatnya berada di Desa Keditan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. 
SD Negeri Keditan, itulah nama Sekolah Dasar tempatku mengabdi selama kurang lebih 6 bulan ini. Sekolah yang berada tepat di kaki Gunung Telomoyo ini tergolong sekolah kecil, karena hanya memiliki total 57 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Jumlah murid di SD ini sedikit karena Desa tempat SD ini berdiri hanya terdiri dari empat dusun kecil. Kesadaran masyarakat akan pendidikan juga masih sangat minim, terlihat dari kurang adanya dukungan atau perhatin dari orang tua/murid terhadap hasil belajar putra-putri mereka.
Budaya berjabat tangan setelah selesai melaksanakan Upacara Bendera

Sambutan hangat kudapatkan ketika pertama kali bergabung dengan keluarga besar SD Negeri Keditan. SD Negeri Keditan memiliki 9 orang guru termasuk aku dan 1 orang penjaga, tetapi tidak semuanya mengajar penuh di SD ini. Seorang Kepala Sekolah yang merangkap dengan SD tetangga bernama Pak Sumari, guru PAI yang juga merangkap bernama Bu Ngadikin, guru Penjas yang juga merangkap bernama Bu Towilah. Sisanya guru yang mengajar penuh di SD Negeri Keditan, yakni Pak Mulyanto (Pak Mul), guru kelas enam, Pak Slamet Agus Wibowo (Pak Agus), guru kelas lima, Bu Jeni Swadari P. (Bu Yeni), guru kelas tiga, Bu Suryani (Bu Yani), guru kelas dua, Bu Lastri Asih (Bu Lastri), guru kelas satu, Pak Prihadi (Pak Jepri) penjaga sekolah dan aku mendapatkan amanah untuk mengajar di kelas empat.
Jumlah siswa kelas empat yang ku ampu hanya terdiri dari 7 siswa. Awalnya aku kaget, karena pengalaman ketika kuliah sekolah-sekolah di kota rata-rata memiliki jumlah siswa yang banyak. Dari sinilah aku mulai mengerti kenyataan bahwa sekolah di daerah sangat berbeda dengan sekolah yang ada di kota.
Mendampingi anak-anak pada POPDA Kecamatan
Banyak pengalaman berharga yang sudah kudapat selama 6 bulan mengajar di sini. Mulai dari pengalaman mengajar di kelas, hingga pengalaman mengikuti beberapa acara tingkat kecamatan seperti lomba MAPSI, POPDA, Pesta Siaga dan lain sebagainya.
Di sini, aku juga banyak belajar. Bukan hanya belajar dari Bapak Ibu guru, namun juga belajar dari anak-anak. Karena guru bukan buku yang serba tahu. Guru adalah pelita yang menerangi putra bangsa untuk belajar menggapai asa.

Upacara Peringatan Hari Kartini

Salah satu pembelajaran SBK Kelas IV

Share:

Iqro'

Kawanku

Powered by Blogger.