Menerangi dalam Kegelapan.

SELAMAT DATANG DI BLOG TAUFIK YULIANTO | Follow twitter & instagram @taufikyulian21 | SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADAN 1441 H | Mari bergerak bersama untuk memutus penyebaran virus Covid-19 | tetap #dirumahaja dan jangan lupa #pakaimasker jika keluar rumah |

Jan 2, 2015

Saparan di Lereng Merbabu

Setiap bulan Sapar (penanggalan Jawa) beberapa desa di lereng Gunung Merbabu memiliki sebuah hajatan besar. Sebuah acara yang diadakan setiap satu tahun sekali dalam penanggalan Jawa ini, telah dilakukan oleh warga desa secara turun temurun sampai sekarang. Acara yang biasa disebut oleh warga sekitar dengan sebutan acara Saparan. Beberapa desa yang melaksanakan acara Saparan ada di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dan beberapa Kecamatan di Kabupaten Magelang yang berada di lereng Merbabu, seperti Kecamatan Ngablak dan Kecamatan Pakis. Tak terkecuali sebuah dusun yang berada di wilayah desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yakni dusun Sidomukti.

Setiap dusun memiliki waktu yang berbeda dalam melaksanakan acara Saparan, tergantung dari waktu yang telah ditetapkan oleh tetua dusun tersebut pada zaman dahulu. Dusun Sidomukti memiliki dua pilihan hari untuk melaksanakan acara Saparan, yaitu hari Rabu Kliwon atau Kamis Kliwon. Penentuan harinya disepakati oleh warga dusun yaitu diambil hari yang berada paling akhir pada bulan Sapar tersebut.

Pada hari Saparan setiap rumah warga memiliki banyak makanan, bahkan makanan yang dihidangkan biasanya lebih banyak daripada saat lebaran Idul Fitri. Banyak juga makanan khas yang dihidangkan, seperti jadah, wajik, jenang, atau makanan tradisional lainnya. Hal lain yang menarik dari tradisi ini adalah ajaran untuk selalu menjaga silaturahim dengan kerabat, saudara dan teman kita. Biasanya pada acara Saparan, kerabat, saudara atau teman-teman akan saling berkunjung. Puncak acara Saparan adalah adanya pertunjukan kesenian yang ada dan berkembang di masyarakat. Dusun Sidomukti mewajibkan adanya pertunjukan wayang kulit semalam suntuk pada saat hari Saparan. Beberapa hari kemudian biasanya diadakan pertunjukan lain seperti kuda lumping, jaranan, campur sari atau dangdut. Biaya untuk mengadakan pertunjukan kesenian tersebut berasal dari iuran seluruh warga dusun.

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari acara Saparan adalah ajaran untuk selalu menjaga silaturahim dengan kerabat, saudara dan teman, nilai gotong royong dengan seluruh warga masyarakat, serta nilai untuk selalu menjaga tradisi, budaya serta kesenian yang ada di masyarakat.
Gunungan Hasil Bumi
Arak-arakan oleh Warga Dusun
Pertunjukan Wayang Kulit
Tumpeng untuk acara selamatan/ doa bersama seluruh warga
Makanan tradisional yang dibawa warga untuk doa bersama
Read More
Share:

Iqro'

Kawanku

Powered by Blogger.