Menerangi dalam Kegelapan.

SELAMAT DATANG DI BLOG TAUFIK YULIANTO | Follow twitter & instagram @taufikyulian21 | SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADAN 1441 H | Mari bergerak bersama untuk memutus penyebaran virus Covid-19 | tetap #dirumahaja dan jangan lupa #pakaimasker jika keluar rumah |

Jan 24, 2018

Cara membuat SKCK di Polres

images by Google
Surat Keterangan Catatan Kepolisian atau yang biasa disingkat SKCK merupakan surat yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang berisikan catatan kejahatan seseorang. Surat ini hanya dikeluarkan untuk orang yang tidak/ belum pernah melakukan tindak kejahatan hingga tanggal dikeluarkannya SKCK tersebut. SKCK ini berlaku selama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang. 
Di sini saya akan berbagi pengalaman ketika hari ini saya mengurus pembuatan SKCK di Polres Semarang.
Adapun syarat-syarat dan langkah yang harus disiapkan untuk mengurus pembuatan SKCK di Polres adalah sebagai berikut:
  1. Mempersiapkan beberapa dokumen berikut:
    • Foto kopi KTP 1 lembar
    • Foto kopi Kartu Keluarga (KK) 1 lembar
    • Foto kopi Akta/ Ijazah/ Kenal lahir 1 lembar
    • Pas foto ukuran 4x6 dengan latar belakang merah sebanyak 4 lembar
  2. Mengisi formulir pendaftaran secara online di http://skck.jateng.polri.go.id , atau langsung datang ke loket pendaftaran jika ingin mengisi formulir secara manual
  3. Memberikan berkas persyaratan pada poin 1 serta dilampiri dengan printout pengisian formulir secara online ke loket pendaftaran SKCK (cukup menyerahkan berkas jika ingin mengisi formulir secara manual)
  4. Melakukan sidik jari
  5. Menyerahkan kembali berkas persyaratan yang telah dilampiri hasil sidik jari di loket pendaftaran
  6. Tunggu sekitar 15 - 30 menit (tergantung jumlah antrian)
  7. Jika menghendaki legalisir, Foto kopi SKCK asli sebanyak 5 lembar kemudian serahkan kembali kepada petugas yang ada di loket pendaftaran SKCK untuk dilegaisir.
Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), tarif atau biaya pembuatan SKCK sebesar Rp30.000,-

Itulah syarat dan langkah yang harus dipersiapkan dan dilakukan untuk membuat SKCK di Polres. Semoga informasi ini bermanfaat bagi teman-teman yang akan membuat Surat Keterangan Catatan Kepolisian atau SKCK untuk berbagai keperluan. Read More

Share:

Jan 2, 2018

PSIS Pindah Kandang Ke Magelang

PSIS Semarang Juara 3 Liga 2 musim 2017. (dok. facebook PSIS)
Klub sepakbola kebanggaan masyarakat Semarang khususnya, Jawa Tengah pada umumnya akan berlaga pada kasta tertinggi kompetisi sepakbola tanah air, Liga 1 musim 2018. Kepastian PSIS Semarang berlaga di Liga 1 didapatkan setelah menempati peringkat ke 3 pada final kompetisi Liga 2 musim 2017. PSIS Semarang akan mendampingi dua klub Liga 2 lainnya yang juga promosi ke Liga 1 pada musim 2018, yakni Persebaya Surabaya dan PSMS Medan. Ketiga klub tersebut promosi di Liga 1 menggantikan tiga klub Liga 1 yang terdegradasi, yakni Persegres Gresik United, Persiba Balikpapan, dan Semen Padang FC.
Sayangnya, pada Liga 1 musim 2018 ini PSIS Semarang tidak bisa menjamu tim-tim tamu di kandangnya sendiri, yakni Stadion Jati Diri Semarang. Hal ini karena Stadion Jati Diri sedang dalam tahap renovasi besar-besaran sehingga tidak bisa digunakan untuk bertanding. Sebagai alternatif, manajemen tim PSIS sebelumnya pernah menyampaikan beberapa opsi stadion pengganti yang bisa digunakan PSIS sebagai homebase, yakni Stadion Kebondalem Kendal, Stadion Gelora Bumi Kartini Jepara, Stadion Manahan Solo, dan Stadion dr. H. Moch Soebroto Kota Magelang.
Setelah beberapa bulan kabar beredar, akhirnya pada malam ini muncul kepastian stadion yang akan digunakan PSIS Semarang sebagai homebase selama menjalani kompetisi Liga 1 musim 2018. Melalui akun media sosial resminya, PSIS Semarang menyampaikan bahwa Stadion dr. H. Moch. Soebroto Kota Magelang dipilih menjadi homebase selama Liga 1 musim 2018.
"... Alhamdulillah luar biasa sambutan beliau, sangat mendukung dan berterima kasih kota Magelang dijadikan pilihan homebase PSIS Semarang di Liga 1 2018.
Untuk sebab itu, Manajemen PSIS menghimbau pada para suporter Panser Biru dan Snex untuk menjaga kepercayaan ini dengan baik dan menjadikan Magelang seperti rumah kita sendiri (jangan dirusak), mari bersama-sama kita jaga nama besar PSIS Semarang." tulis akun sosial media resmi PSIS Semarang dalam caption foto yang diunggah.
Info dari akun facebook resmi PSIS Semarang
Menanggapi unggahan berita tersebut, banyak komentar positif dari para supporter tim Mahesa Jenar (julukan PSIS Semarang), terutama dari para supporter yang domisilinya tidak jauh dari kota Magelang termasuk saya sendiri yang hanya berjarak sekitar 45 menit dari rumah ke stadion. hehehe
FYI, PSIS Semarang adalah satu-satunya klub dari Jawa Tengah yang bermain di kasta tertinggi Liga 1. Mari bersama-sama dukung tim lokal kebanggan kita. Semoga PSIS Semarang langgeng berada di Liga 1. aamiin. Read More
Share:

Sep 23, 2017

Inspirasi dari Bumi Tolitoli

           
SM3T UNNES Angkatan VI Kabupaten Tolitoli
      SM-3T yang kepanjangannya adalah Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal merupakan sebuah program gagasan dari pemerintah untuk mengatasi masalah dalam dunia pendidikan di tanah air. Program ini telah berjalan 5 tahun dan pada tahun 2016 SM-3T sampai pada angkatan yang ke enam. Mendengar berbagai artikel dan cerita dari teman-teman, saya pun tertarik untuk mengikuti program ini selepas lulus dari kuliah. 
Sebelum bercerita lebih jauh tentang pengalaman saya mengikuti program ini, perkenalkan nama saya Taufik Yulianto. Saya adalah lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Setelah lulus kuliah pada tahun 2015, saya mengajar di sebuah Sekolah Dasar di kabupaten Magelang. Beberapa bulan saya mengajar, saya masih cari-cari informasi tentang penerimaan SM-3T. Sampai pada bulan Mei, ada pengumuman penerimaan SM-3T untuk angkatan VI dan saya pun ikut mendaftar. Semua tahap pendaftaran saya lalui dengan baik hingga pada tahap pengumuman. Sempat berkecil hati pada waktu menunggu pengumuman, karena terdengar kabar bahwa penerimaan angkatan VI kuotanya sangat sedikit.
Tibalah saatnya pengumuman pada tanggal 5 Agustus 2016. Alhamdulillah nama saya masuk dalam daftar peserta SM-3T Unnes angkatan VI. Tahap yang harus dilalui berikutnya sebelum penempatan di daerah 3T adalah kegiatan Prakondisi yang diaksanakan pada tanggal 15 sampai 31 Agustus 2016 bertempat di Bandungan, Kab. Semarang. Ada beberapa agenda kegiatan yang dilaksanakan pada saat Prakondisi, seperti pembagian rombongan belajar (rombel), workshop pendidikan, kurikulum, pramuka sampai dengan kegiatan ketahanmalangan. Menjelang berakhirnya kegiatan Prakondisi, ada pengundian dan pengumuman penempatan daerah 3T yang menjadi tujuan. Saya yang masuk dalam rombel VI dan mendapatkan penempatan di kabupaten Tolitoli, provinsi Sulawesi Tengah. Daerah yang namanya masih asing di telinga saya. Setelah selesai kegiatan Prakondisi disampaikan pengumuman bahwa pemberangkatan akan dilaksanakan pada tanggal 5 September 2016.
Prakondisi SM-3T UNNES Angkatan VI di Bandungan, Kab. Semarang
Senin tanggal 5 September 2016 tepat sekitar pukul 14.00 WIB, perjalanan dimulai dari gedung LPTK UNNES, Sekaran, Gunung Pati, Semarang. Perjalan rombongan SM-3T kabupaten Tolitoli menggunakan 2 buah bus menuju ke bandar udara Ahmad Yani, Semarang.
Perjalanan kami ke bandara kami tempuh selama ± 30 menit. Sesampai di sana kami langsung menuju pintu keberangkatan, tapi belum diizinkan masuk karena masih ada administrasi yang belum diselesaikan oleh biro perjalanan. Kami menunggu tidak lama, hanya 30 menit-an. Namun kondisi di bandara yang penuh sesak ditambah lagi suhu di kota Semarang yang panas membuat keringat kami mengalir dengan deras. Ibarat kue lebaran kami serasa masuk ke dalam oven, panas sekali.
Sekitar pukul 15.00 WIB kami mulai memasuki pintu keberangkatan, barang bawaan kami diperiksa menggunakan mesin X-ray dan tubuh kami dipindai menggunakan alat pendeteksi logam. Hal ini dilakukan untuk mencegah penumpang membawa benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Sesuai dengan boarding pass  yang telah kami terima, penerbangan kami dijadwalkan pukul 17.35 WIB menggunakan pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT666 menuju kota Balikpapan di Kalimantan Timur. Sembari menunggu waktu, sebagian dari kami melaksanakan sholat dan sebagian dari kami menyantap nasi kotak yang telah disiapkan oleh biro jasa yang mengurus keberangkatan kami.
Sampai waktunya tiba, kami mulai berjalan memasuki pesawat yang akan kami gunakan. Sesuai dengan SOP penerbangan, sebelum pesawat take off pramugari memperagakan cara menggunakan alat keselamatan ada di pesawat. Mulai dari sabuk pengaman, alat pelampung, masker oksigen sampai penjelasan tentang jalur evakuasi.
Ini adalah pengalaman pertama saya naik pesawat terbang. Rasanya diawal seperti naik bus dengan kecepatan tinggi, kemudian ketika pesawat take off berasa seperti naik roller coaster saat lintasan naik. Ketika terbang di atas, suara mesin pesawat cukup mengganggu pendengaran. Tetapi gangguan itu tak berarti ketika melihat pemandangan dari ketinggian sekitar 7000 mdpl yang tampak luar biasa. Rasa syukur kepada Allah SWT bertambah besar ketika melihat bumi dan seisinya tampak kecil dilihat dari atas ketinggian.
Pertama kali naik montor mabur :D
Perjalanan udara pun sampai di bandar udara Sultan Aji Mahmud Sulaiman Sepinggan, Balikpapan. Di sini dibuat takjub dengan kondisi bandara yang sangat bersih, modern dan besar. Hanya ada waktu sekitar 40 menit untuk mengurus boarding pass sampai waktunya terbang kembali menggunakan pesawat Lion Air JT858 menuju ke bandar udara Mutiara Sis Al Jufri, Kota Palu.
Tiba di Palu sekitar pukul 23.00 WITA, di sana sudah menunggu pendamping dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tolitoli serta beberapa mini bus yang siap mengantar kami ke Kota Tolitoli. Perjalanan darat di tanah Sulawesi pun dimulai. Melewati beberapa sudut kota Palu pada malam hari, jalanan terasa semakin gelap ketika sampai di luar kota. Jalan Trans Sulawesi yang menjadi penghubung antar provinsi menjadi jalan utama yang kami lewati. Kondisi jalan antar provinsi ini jauh lebih parah dari jalan antar kabupaten di Jawa, bahkan di Kabupaten Donggala, masih banyak jalan yang belum diaspal dengan baik, dan penerangan pun masih minim, bahkan tidak ada sama sekali sehingga pengendara kendaraan harus berhati-hati melewati jalan tersebut.
Perjalanan berhenti beberapa kali, untuk sekedar melepas lelah, buang air hingga istirahat sholat. Setelah sampai di Kecamatan Dampal Selatan, yakni kecamatan di ujung selatan Kabupaten Tolitoli yang berbatasan dengan Kabupaten Donggala, kami singgah di sebuah SMA untuk istirahat dan sarapan. Setelah waktu istirahat dirasa cukup perjalanan pun dilanjutkan melewati beberapa kecamatan di Kabupaten Tolitoli. Perjalanan dengan pemandangan yang jarang, bahkan belum pernah aku temui sebelumnya. Di sebelah kanan tampak barisan pegunungan berjejer dengan kokohnya, sementara di sebelah kiri tampak luas dan bersihnya lautan di sepanjang garis pantai Kabupaten Tolitoli. Jalanan yang kami lewati berliku dan naik-turun bukit, sehingga beberapa teman yang tidak terbiasa merasakan mual dan mabuk perjalanan. Perjalanan yang melelahkan sekaligus mengasyikan ini kami lalui selama kurang lebih 12 jam, jadi pada hari Selasa tanggal 6 September 2016 sekitar pukul 13.00 WITA kami sampai di kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Tolitoli. Di sana sudah tampak beberapa kepala dinas pendidikan kecamatan dan kepala sekolah yang sekolahnya akan kami tempati selama 1 tahun ke depan.
Setelah bersih diri dan istirahat secukupnya, semua peserta SM3T berkumpul  di gedung pertemuan Disdikbud untuk melakukan kegiatan serah terima dari Kemdikbud-LPTK UNNES kepada Disdikbud Kabupaten Tolitoli. Penyerahan peserta dilakukan oleh Sekretaris LP3 UNNES, Dr. Sugianto, M.Si yang kemudian diterima oleh Wakil Bupati Kabupaten Tolitoli, H. Abdul Rahman.
Acara serah terima diakhiri dengan pengumuman nama-nama peserta penempatan untuk tiap kecamatan dan sekolah, setelah itu dilakukan sesi foto bersama Kadisdikbud dan Wakil Bupati serta beberapa kepala sekolah. Setelah rangkaian acara selesai, setiap peserta langsung berangkat menuju ke penempatan masing-masing. Saya mendapatkan penempatan di Kecamatan Basidondo yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Kota Tolitoli. Perjalanan ke Basidondo saya bersama 3 teman lain, yaitu Sukma Kartika Abiddin, Ulinnuha Musthofa dan Rena Legina Isnintia diantar oleh kepala sekolah SMK N 1 Basidondo, Bapak Endin Rusdiana. Perjalanan sampai sekitar pukul 19.00 WITA, setelah mengantar teman ke tempat tinggal masing-masing, sampailah di depan sebuah rumah permanen berwarna hijau dengan tiang merah muda, yakni rumah Bapak Daeng Mamuji seorang kepala sekolah SDN 2 Sibaluton. Di situlah tempat tinggal saya pertama di tanah Sulawesi.
            Pada acara serah terima di kabupaten disampaikan jika wilayah kecamatan Basidondo adalah kecamatan yang memiliki jalan bagus, listrik lancar tetapi belum memiliki sinyal telepon, hal tersebut terbukti ketika saya telah tiba di sini. Lambang sinyal di hp menjadi panggilan darurat tanpa adanya jaringan. Ada sinyal tetapi di titik-titik tertentu di beberapa tempat. Masyarakat biasa memberi tanda dengan sebuah tiang kayu, sehingga ketika ingin menggunakan jaringan telepon, hpnya diikat di tiang tersebut. Ini adalah tantang saya pertama untuk tinggal di sebuah tempat yang tidak memiliki jaringan telepon.
           
Bersama rekan guru di SDN 2 Sibaluton Kabupaten Tolitoli
SDN 2 Sibaluton, tempat saya mengabdi berjarak sekitar 5 km dari rumah kepala sekolah. Perjalanan sejauh itu ditempuh melalui Jalan Trans Sulawesi menggunakan sepeda motor. Hari pertama di sekolah penempatan saya pun mulai melakukan observasi dan perkenalan dengan seluruh warga sekolah, baik guru, tenaga kependidikan dan juga siswa. Setelah berkenalan sebentar, saya diajak kepala sekolah untuk pergi ke suatu tempat yang memiliki jaringan telepon, bahkan jaringannya bisa dipakai untuk internet. Tempat tersebut berjarak sekitar 1 km dari sekolah. Masyarakat di sini biasa menyebutnya dengan nama KM. 3 (Kilo Tiga). Setelah mendapatkan jaringan telepon, saya pun menghubungi keluarga di rumah untuk memberikan kabar bahwa saya dalam keadaan sehat dan sudah berada di lokasi penempatan selama satu tahun di kabupaten Tolitoli. Mulai saat itu, setiap ingin menghubungi keluarga, saya pergi ke KM. 3 untuk mendapatkan jaringan telepon. Selain di KM. 3, teman-teman guru di SDN 2 Sibaluton juga biasa meletakkan hpnya di jendela kantor untuk mendapatkan jaringan telepon meski jaringannya kadang hilang, kalau orang-orang biasa menyebut jaringan GSM (Geser Sedikit Mati). Dari pengalaman ini, saya mengetahui betapa penting dan berharganya sebuah komunikasi, serta betapa pentingnya jaringan telepon.
           
Perjuangan mencari sinyal untuk berkomunikasi dengan keluarga di Jawa
Setiap masyarakat yang beda suku dan tempat tinggal, tentulah memiki adat dan kebiasaan yang berbeda pula. Masih di awal-awal berada di penempatan, ada hal yang menarik ketika saya disuguhi untuk makan siang. Di sana ada sebuah sayur hijau dengan kuah berwana merah seperti sirup, saya kira itu adalah sayur yang diberi sirup sehingga berwarna merah kuahnya, tapi ternyata itu adalah sayur yang berbahan bayam merah sehingga ketika dimasak kuahnya pun akan menjadi merah. Terkait dengan makanan, ada beberapa makanan yang asing bagi saya yang memang asli Jawa, seperti sayur paku, sayur kelor, hingga pisang dan ketela pohon yang dimasak dijadikan sayur. Tetapi, dari sinilah saya mendapatkan pengalaman yang berharga juga, saya bisa merasakan makanan khas dari bagian lain bumi pertiwi ini.
Selama mengabdi di sini, saya mendapatkan tugas dari kepala sekolah untuk mengajar di kelas V. Kelas tersebut terdiri dari 30 siswa, tetapi hanya ada 28 siswa yang aktif masuk ke sekolah. Siswa dengan berbagai latar belakang suku ada di kelas ini. Ada suku Tolitoli, Dondo, Bugis, Mandar dan bahkan suku Jawa juga ada. Awal mengajar di sini, saya masih agak kebingungan dengan bahasa yang digunakan oleh anak-anak. Walaupun sebagian besar komunikasi di sekolah adalah menggunakan bahasa Indonesia, tetapi bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang sudah bercampur dengan bahasa lokal sehari-hari.
           
Halaman sekolah dengan pemandangan bukit Cengkeh
Sebagian besar siswa di sekolah yang saya tempati, berasal dari orang tua yang bermata pencaharian sebagai petani atau pekebun. Komoditas utama masyarakat di sini adalah cokelat, kelapa dan cengkeh. Ketika musim panen cengkeh, biasanya akan banyak siswa yang jarang masuk ke sekolah dengan alasan membantu orang tua mereka panen cengkeh di kebun. Itu adalah salah satu kendala yang saya jumpai dalam mengajar di sini. Selain itu bahan ajar yang ada di sekolah juga terbatas, hanya ada satu buku pegangan yang dipakai guru. Sehingga saya harus pandai-pandai menyiasati penggunaan bahan ajar yang ada, agar pembelajaran dapat terus berjalan dengan baik.
Di SDN 2 Sibaluton terdapat delapan guru dan tenaga kependidikan yang terdiri dari enam guru kelas, satu orang tenaga administrasi dan satu orang penjaga sekolah. Dari kedelapan orang tersebut, hanya ada tiga orang yang berstatus PNS, yakni kepala sekolah, satu tata usaha dan satu penjaga sekolah. Enam tenaga yang lain masih berstatus honorer dan dengan disiplin ilmu yang tidak sesuai, yakni bukan lulusan dari Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Keadaan seperti ini merata hampir di semua sekolah yang ada di kabupaten Tolitoli. Kebanyakan PNS guru yang ada di kabupaten Tolitoli menumpuk di ibukota kabupaten, sehingga sekolah-sekolah yang ada di wilayah kecamatan lain mengalami kekurangan guru.
            Setelah sekitar dua minggu saya tinggal di rumah kepala sekolah, saya pun pindah di perumahan SDN 1 Basi yang berjarak sekitar 200 meter dari tempat tinggal kepala sekolah saya. Di sana saya tinggal bersama teman yang bertugas di SDN 1 Basi, yaitu Sukma Kartika Abiddin. Di sini kami mulai belajar bagaimana memasak dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satu pengalaman yang saya dapatkan dari mengikuti program SM-3T ini adalah belajar menjadi pribadi yang lebih mandiri.
           
Guru SM3T Kec. Basidondo bersama pejabat dan guru di lingkungan kec. Basidondo
Menjadi peserta SM-3T mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar menjadi orang yang lebih mandiri, belajar menjadi seorang guru yang bisa bermanfaat tidak hanya untuk para siswa tetapi juga bermanfaat bagi sesama rekan guru, saya pun belajar hidup di masyarakat, belajar berorganisasi, belajar menghadapi masalah baik masalah secara personal maupun masalah yang berhubungan dengan kedinasan. Bersama rekan-rekan SM-3T yang berada di kecamatan Basidondo, saya pun belajar mengadakan sebuah lomba cerdas cermat yang diikuti oleh sekolah dasar dan menengah pertama yang ada di wilayah kecamatan Basidondo. Ini adalah pengalaman pertama saya mengadakan sebuah kegiatan lomba yang dilaksanakan di tingkat kecamatan.
           
Tempat pengabdian selama satu tahun di Tolitoli
 
Setahun memang bukan waktu yang sebentar, tetapi rasanya sangat singkat ketika kita menikmati sebuah perjalanan hingga sampai pada masanya harus berpisah. Menginjakkan kaki di tanah Sulawesi ini adalah sebuah perjalanan hidup yang tidak akan pernah saya lupakan. Terlalu banyak pengalaman dan kenangan yang saya dapatkan di sini. Saya bisa mengenal berbagai macam karakter orang, saya bisa mengenal saudara berbeda suku yang berada di sini, saya bisa mengenal siswa-siswi yang luar biasa, serta mengenal guru-guru yang memiliki dedikasi tinggi untuk ikut mencerdaskan anak-anak negeri. Terima kasih Tolitoli, terima kasih NKRI.
Bapak dan Ibu guru kece SDN 2 Sibaluton
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan :')
Tetap semangat belajar, nak. Raih cita-cita kalian!
Kalian adalah salah satu inspirasiku.
Share:

Jul 23, 2016

Cita-citaku menjadi ...

Setiap tanggal 23 Juli, di Indonesia diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Sejarah hari anak nasional berawal dari gagasan mantan presiden RI ke-2, yakni Bapak Soeharto yang melihat anak-anak sebagai aset untuk kemajuan bangsa, sehingga sejak tahun 1984 berdasarkan Keputusan Presiden RI No 44 tahun 1984, ditetapkan setiap tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Kegiatan Hari Anak Nasional dilaksanakan mulai dari tingkat pusat, hingga daerah. 
Pagi ini cahaya mentari tampak bersinar memberikan kehangatan di tengah dinginnya hawa pegunungan. Hari ini, tanggal 23 Juli 2016 bertepatan dengan hari Sabtu. Masih seperti jadwal yang berlaku pada tahun pelajaran sebelumnya, setiap hari Sabtu pagi diadakan kegiatan senam bersama seluruh siswa SD Negeri Keditan. Semua siswa tampak bersemangat bergerak mengikuti irama musik senam kesehatan jasmani.

Beberapa hari sebelumnya, saya pernah bertanya kepada para siswa kelas IV mengenai cita-cita mereka. Berbagai macam cita-cita muncul dari kepolosan anak-anak. Ada yang ingin menjadi dokter, polisi, tentara, guru, perawat dan sopir. Satu anak yang menurut saya unik bernama Ahmad Falah atau biasa dipanggil Falah. Setiap hari dia memakai peci ke sekolah, ketika saya tanya apa cita-citanya kemudian dia menjawab kalau dia ingin seperti Abahnya. Abahnya adalah seorang pemuka agama di desa tempat tinggalnya.
Meskipun hari ini adalah hari yang ditetapkan pemerintah untuk memperingati Hari Anak Nasional, tetapi tidak ada acara khusus untuk memperingatinya di sekolah kami. Saya, sebagai wali kelas IV memiliki ide kecil untuk menghidupkan peringatan Hari Anak Nasional kali ini. Saya ingin menumbuhkan semangat belajar dan semangat optimisme kepada para siswa.
Setelah tanda bel berbunyi, anak-anak masuk ke kelas masing-masing, termasuk juga kelas IV. Semua telah duduk rapi di tempat duduk masing-masing. Saya memerintahkan anak-anak untuk mempersiapkan alat gambar mereka. Kemudian, saya meminta kepada mereka untuk menggambar apapun yang berhubungan dengan cita-cita yang mereka inginkan. Berbagai macam gambar pun muncul, sesuai dengan cita-cita mereka masing-masing.

Cita-citaku menjadi ..

Perkenalkan, kami siswa-siswi kelas IV SD Negeri Keditan,
Ummu Nila bercita-cita menjadi guru,
Juwanti bercita-cita menjadi guru,
Cendyi Cici bercita-cita menjadi guru,
Amelia Nagita bercita-cita menjadi dokter,
Santi bercita-cita menjadi perawat,
Fara bercita-cita menjadi dokter,
Nabila bercita-cita menjadi guru,
Ika bercita-cita menjadi dokter,
Nurul bercita-cita menjadi dokter,
Muhammad Ibnu bercita-cita menjadi sopir,
Ahmad Falah bercita-cita menjadi pendakwah,
M. Miftahul Falah bercita-cita menjadi tentara,
Andika Hafiz bercita-cita menjadi tentara,
Galang Ade bercita-cita menjadi polisi. 
Gantunglah cita-cita kalian setinggi langit. Tetap semangat untuk belajar dan optimis dalam meraih cita-cita kalian. Jangan lupa berdo'a untuk mempermudah usaha kalian. Selamat Hari Anak Nasional, nak.


Keditan, 23 Juli 2016
Taufik Yulianto
Read More
Share:

Apr 26, 2016

Di sini, aku juga belajar

SD Negeri Keditan (photo by Street view Google Map)
Satu minggu sebelum wisuda sarjana dari Universitas Negeri Semarang atau lebih dikenal dengan nama UNNES, aku mendapat sebuah amanah untuk membagikan sedikit ilmu yang kudapat selama kuliah di suatu sekolah yang istimewa. Cerita panjang sebelum akhirnya aku mendapat sebuah panggilan untuk mengajar di sebuah Sekolah Dasar yang berada di kaki Gunung Telomoyo, atau lebih tepatnya berada di Desa Keditan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. 
SD Negeri Keditan, itulah nama Sekolah Dasar tempatku mengabdi selama kurang lebih 6 bulan ini. Sekolah yang berada tepat di kaki Gunung Telomoyo ini tergolong sekolah kecil, karena hanya memiliki total 57 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Jumlah murid di SD ini sedikit karena Desa tempat SD ini berdiri hanya terdiri dari empat dusun kecil. Kesadaran masyarakat akan pendidikan juga masih sangat minim, terlihat dari kurang adanya dukungan atau perhatin dari orang tua/murid terhadap hasil belajar putra-putri mereka.
Budaya berjabat tangan setelah selesai melaksanakan Upacara Bendera

Sambutan hangat kudapatkan ketika pertama kali bergabung dengan keluarga besar SD Negeri Keditan. SD Negeri Keditan memiliki 9 orang guru termasuk aku dan 1 orang penjaga, tetapi tidak semuanya mengajar penuh di SD ini. Seorang Kepala Sekolah yang merangkap dengan SD tetangga bernama Pak Sumari, guru PAI yang juga merangkap bernama Bu Ngadikin, guru Penjas yang juga merangkap bernama Bu Towilah. Sisanya guru yang mengajar penuh di SD Negeri Keditan, yakni Pak Mulyanto (Pak Mul), guru kelas enam, Pak Slamet Agus Wibowo (Pak Agus), guru kelas lima, Bu Jeni Swadari P. (Bu Yeni), guru kelas tiga, Bu Suryani (Bu Yani), guru kelas dua, Bu Lastri Asih (Bu Lastri), guru kelas satu, Pak Prihadi (Pak Jepri) penjaga sekolah dan aku mendapatkan amanah untuk mengajar di kelas empat.
Jumlah siswa kelas empat yang ku ampu hanya terdiri dari 7 siswa. Awalnya aku kaget, karena pengalaman ketika kuliah sekolah-sekolah di kota rata-rata memiliki jumlah siswa yang banyak. Dari sinilah aku mulai mengerti kenyataan bahwa sekolah di daerah sangat berbeda dengan sekolah yang ada di kota.
Mendampingi anak-anak pada POPDA Kecamatan
Banyak pengalaman berharga yang sudah kudapat selama 6 bulan mengajar di sini. Mulai dari pengalaman mengajar di kelas, hingga pengalaman mengikuti beberapa acara tingkat kecamatan seperti lomba MAPSI, POPDA, Pesta Siaga dan lain sebagainya.
Di sini, aku juga banyak belajar. Bukan hanya belajar dari Bapak Ibu guru, namun juga belajar dari anak-anak. Karena guru bukan buku yang serba tahu. Guru adalah pelita yang menerangi putra bangsa untuk belajar menggapai asa.

Upacara Peringatan Hari Kartini

Salah satu pembelajaran SBK Kelas IV

Share:

May 3, 2015

Merbabu, ku kembali (catatan perjalanan Merbabu 2-3 Mei 2015)

Amazing View from Merbabu
Merbabu. Ya, akhirnya aku ke sini lagi setelah hampir 2 tahun sejak pendakian pertama pada September 2013. 
Awalnya rencana pendakian ini disepakati bersama beberapa teman. Waktunya pun sudah di rencanakan, yakni tanggal 2 Mei 2015. Seminggu sebelum hari H kami sempat membatalkan rencana karena cuaca di Merbabu, Kopeng dan sekitarnya akhir-akhir ini tidak bisa diprediksi, bahkan cenderung hujan lebat setiap hari. Kesepakatan terakhir pun hanya kita saling persiapan aja, kalau misal tanggal 2 Mei cuaca bagus bisa langsung naik. 

Sampailah pada tanggal 2 Mei kemarin, pagi hari sudah turun hujan di Kopeng dan sekitarnya. Rencana sudah benar-benar dibatalkan, bahkan salah satu teman sudah mengalihkan rencana pergi ke Demak bersama keluarganya. 

Tak disangka, setelah turun hujan dari pagi, pada siang hari cuaca di Merbabu, Kopeng dan sekitarnya menjadi sangat cerah. Tanpa pikir panjang langsung saja aku menghubungi teman yang lain yang masih stay di rumah. Akhirnya sepakat untuk tetap naik meski cuma berdua. Sore jam 5 baru ketemu kemudian kami mencari persewaan tenda ke beberapa tempat dan hingga Maghrib kami belum mendapatkannya bahkan kami sempat berpikir untuk membatalkan rencana mendaki jika tidak mendapatkan tenda. Hingga akhirnya seorang saudara membantu mencarikan pinjaman tenda meski harus mengambil dulu di daerah Salatiga. Persiapan konsumsi dan perlengkapan lain sudah siap, dan tenda pun baru didapatkan sekitar jam 19.30. Persiapan serba dadakan dan akhirnya siap berangkat sekitar jam 20.00.

Sekitar jam 8 malam, kami mulai naik ke Basecamp Cuntel, Kopeng. Registrasi dan dilanjutkan naik melewati jalur pendakian Cuntel. Trek awal di atas dusun Cuntel terasa sangat berat, karena jalannya baru saja dalam perbaikan dan licin akibat hujan sebelumnya. Perjalananan lancar hingga Pos 2, meski beberapa kali istirahat karena jalan terlalu menanjak. Sepanjang jalur banyak yang licin karena basah, sehingga kami sangat berhati-hati dalam perjalanan. Sekitar jam 11 lebih, kami sudah melewati wilayah Pos Pasar Bubrah. Di sana sudah banyak sekali pendaki yang mendirikan tenda. 

Perjalanan kami lanjutkan, hingga beberapa ratus meter setelah Pasar Bubrah kami menemukan lokasi yang cukup lapang untuk mendirikan tenda. Sekitar jam 12 lebih kami mulai mendirikan tenda di sana. Kami memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk istirahat, hingga sekitar jam 5 pagi, setelah sholat subuh kami melanjutkan perjalanan untuk naik ke Pos Pemancar. Jalur menuju Pos Pemancar cukup menanjak, kami melangkah dengan berhati-hati. Beberapa kali istirahat, bahkan aku sempat merasakan sakit saat masih dalam perjalanan. Setelah perut sudah mulai bisa diajak kerjasama, perjalanan kami lanjutkan. Sekitar jam 7 kami sampai di Pos Pemancar. Di sana sudah banyak pendaki yang mendirikan tenda. Bahkan sepertinya memang Pos Pemancar ini favorit pendaki untuk ngecamp di Merbabu karena lokasi yang cukup lapang dan juga pemandangan yang sangat menarik. 

Awalnya kami berencana naik sampai puncak Kenteng Songo, berhubung puncak saat itu diselimuti kabut, maka rencana kami batalkan. Jadi kami hanya berhenti sampai sekitar Pos Pemancar. Setelah sekitar 2 jam menikmati pemandangan, kabut pun mulai naik menyelimuti Merbabu, akhirnya kami memutuskan untuk turun sekitar jam 9 pagi. Perjalanan turun cukup lancar bersama beberapa pendaki lain yang juga mulai turun. Lagi-lagi perjalanan turun kami pun harus sangat ekstra hati-hati, karena trek licin, bahkan beberapa kali kami dan para pendaki lain terpeleset. Sampai Pos 2 kami melihat ada seekor monyet liar yang sedang kesulitan mencari makan, kami pun berpikir untuk berbagi sisa bekal yang kami miliki. Kemudian kami melanjutkan perjalanan turun, diiringi kabut bahkan rintik hujan. Trek terasa tambah licin di jalan-jalan terakhir. Sebelum sampai basecamp Cuntel kami mendapat teman baru, mas Tender dari Semarang yang turun bareng hingga sampai basecamp


Beberapa hal yang dapat kita ambil pelajaran dari kegiatan mendaki adalah, bukan tentang kita yang sanggup menaklukan gunung, tapi justru bagaimana kita dapat menaklukan diri kita sendiri dari ego kita, rasa malas, rasa putus asa, rasa capek dan rasa takut. Dari para pendaki kita pun belajar tentang makna kebersamaan, kekeluargaan, dan kerjasama. Bahkan sesama pendaki yang jelas tidak kita kenal pun kita akan saling menyapa dan sudah merasa seperti teman sendiri. Dan yang pasti kita akan lebih bersyukur dengan segala nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita. Bawalah sampah anda turun kembali jika mendaki.


Flower

Amazing Indonesia

Istirahatlah ketika mulai lelah

Ada kebersamaan dan kekeluargaan dalam pendakian

Wish from Merbabu
Read More
Share:

Feb 21, 2015

Ayo ke Kopeng

Gapura Kopeng (photo by iwantgoto)
Sudah lebih dari 20 tahun aku hidup dan dibesarkan di sini. Di sebuah desa di lereng gunung Merbabu. Dulu melihat pemandangan di sekitar rumah adalah lumrah dan hal biasa, tapi seiring jalannya waktu, sekarang melihat pemandangan di sekitar rumah adalah sebuah hal yang menakjubkan. Kalau kata bang Jebraw di JJM, pemandangannya pecah, men! 
Secara administratif, Kopeng berada di wilayah kecamatan Getasan, kabupaten Semarang. Sedangkan secara geografis, Kopeng lebih dikenal berada di wilayah kota Salatiga, karena memang jarak dari kota Salatiga hanya sekitar 15 km. Bahkan, beberapa orang mengira bahwa Kopeng sudah masuk wilayah kabupaten Magelang, karena memang letaknya di perbatasan antara kabupaten Semarang dan kabupaten Magelang.
Rute menuju ke Kopeng sangat mudah karena berada di jalur penghubung antara kota Salatiga dan kota Magelang. Perjalanan bisa dilalui menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Berikut rute menuju Kopeng:
Kendaraan pribadi via Salatiga:
  1. Dari kota Salatiga - perempatan Pasar Sapi - arah Kopeng/Magelang langsung ikuti jalan raya.
  2. Dari Semarang - via Jalan Lingkar Salatiga - perempatan Kumpul Rejo (Salib Putih) - ke kanan arah Kopeng/Magelang langsung ikuti jalan raya.
  3. Dari Solo Raya -via Jalan Lingkar Salatiga - perempatan Kumpul Rejo (Salib Putih) - ke kiri arah Kopeng/Magelang langsung ikuti jalan raya.
Kendaraan pribadi via Magelang:
  1. Dari Yogyakarta - pertigaan Canguk - ke kanan arah Kopeng/Salatiga langsung ikuti jalan raya.
  2. Dari Semarang - pertigaan Canguk - ke kiri arah Kopeng/Salatiga langsung ikuti jalan raya.
Kendaraan umum via Salatiga:
  1. Dari Semarang turun di Pasar Sapi Salatiga - ikut bus jurusan Salatiga-Magelang atau kendaraan kecil jurusan Salatiga-Kopeng.
  2. Dari Solo Raya turun di Pasar Sapi Salatiga - ikut bus jurusan Salatiga-Magelang atau kendaraan kecil jurusan Salatiga-Kopeng.
Kendaraan umum via Magelang:
  1. Dari Yogyakarta turun di terminal bus induk (Canguk) kota Magelang - ikut bus jurusan Magelang-Salatiga.
  2. Dari Semarang turun di terminal bus induk (Canguk) kota Magelang - ikut bus urusan Magelang-Salatiga.
Tidak hanya menawarkan pemandangan yang indah dengan udara yang masih segar, di Kopeng dan sekitarnya juga terdapat beberapa obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Ada Taman Wisata Kopeng, Kopeng Waterpark, Air Terjun Umbul Songo, Air Terjun Kali Pancur dan basecamp pendakian Gunung Merbabu via Cuntel, Kopeng.
Selain obyek wisata, di Kopeng juga terdapat hotel untuk acara-acara resmi kantor maupun komunitas lain. Ada Hotel Garuda, Hotel Catalina, Hotel Griya Loka Indah, dan beberapa motel-motel kecil lain.
Oleh-oleh khas Kopeng adalah sayur segar, buah dan bunga yang dijual di sepanjang jalan di sekitar kawasan Kopeng.

Selamat Datang di Kopeng ~ Selamat Berlibur 
Sunset dari Kopeng
Pemandangan dari Gunung Merbabu

Gunung Telomoyo dari Gardu Pandang Kopeng
Air Terjun Kali Pancur
Kopeng Waterpark (photo by info kopeng)
Hotel Garuda Kopeng (photo by Garnesia)
Pedagang Sayuran Kopeng (photo by teraswarta)
Share:

Jan 2, 2015

Saparan di Lereng Merbabu

Setiap bulan Sapar (penanggalan Jawa) beberapa desa di lereng Gunung Merbabu memiliki sebuah hajatan besar. Sebuah acara yang diadakan setiap satu tahun sekali dalam penanggalan Jawa ini, telah dilakukan oleh warga desa secara turun temurun sampai sekarang. Acara yang biasa disebut oleh warga sekitar dengan sebutan acara Saparan. Beberapa desa yang melaksanakan acara Saparan ada di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dan beberapa Kecamatan di Kabupaten Magelang yang berada di lereng Merbabu, seperti Kecamatan Ngablak dan Kecamatan Pakis. Tak terkecuali sebuah dusun yang berada di wilayah desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang yakni dusun Sidomukti.

Setiap dusun memiliki waktu yang berbeda dalam melaksanakan acara Saparan, tergantung dari waktu yang telah ditetapkan oleh tetua dusun tersebut pada zaman dahulu. Dusun Sidomukti memiliki dua pilihan hari untuk melaksanakan acara Saparan, yaitu hari Rabu Kliwon atau Kamis Kliwon. Penentuan harinya disepakati oleh warga dusun yaitu diambil hari yang berada paling akhir pada bulan Sapar tersebut.

Pada hari Saparan setiap rumah warga memiliki banyak makanan, bahkan makanan yang dihidangkan biasanya lebih banyak daripada saat lebaran Idul Fitri. Banyak juga makanan khas yang dihidangkan, seperti jadah, wajik, jenang, atau makanan tradisional lainnya. Hal lain yang menarik dari tradisi ini adalah ajaran untuk selalu menjaga silaturahim dengan kerabat, saudara dan teman kita. Biasanya pada acara Saparan, kerabat, saudara atau teman-teman akan saling berkunjung. Puncak acara Saparan adalah adanya pertunjukan kesenian yang ada dan berkembang di masyarakat. Dusun Sidomukti mewajibkan adanya pertunjukan wayang kulit semalam suntuk pada saat hari Saparan. Beberapa hari kemudian biasanya diadakan pertunjukan lain seperti kuda lumping, jaranan, campur sari atau dangdut. Biaya untuk mengadakan pertunjukan kesenian tersebut berasal dari iuran seluruh warga dusun.

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari acara Saparan adalah ajaran untuk selalu menjaga silaturahim dengan kerabat, saudara dan teman, nilai gotong royong dengan seluruh warga masyarakat, serta nilai untuk selalu menjaga tradisi, budaya serta kesenian yang ada di masyarakat.
Gunungan Hasil Bumi
Arak-arakan oleh Warga Dusun
Pertunjukan Wayang Kulit
Tumpeng untuk acara selamatan/ doa bersama seluruh warga
Makanan tradisional yang dibawa warga untuk doa bersama
Read More
Share:

Jul 15, 2014

Yuk, jadi #NetizenCerdas

Berita dan isu-isu pasca pilpres masih sangat menarik bagiku untuk menelusurinya.
Pagi ini, ketertarikanku muncul ketika di sosial media ada salah seorang teman mem-posting status "akhirnya menemukan ini..." dengan menambahkan tautan ke salah satu situs (klik disini).
Dari artikel yang kubaca tersebut, cukup mengingatkanku kalau situs yang dibahas pada artikel tersebut adalah salah satu media online yang jadi rujukan salah satu teman di kampus yang berseberangan pendapat denganku untuk pilpres tahun ini. Tak cukup sampai disitu, aku pun melanjutkan penelusuranku di internet untuk melihat fakta-fakta dibalik akun sosial media dan situs-situs yang beredar di tengah masyarakat.
Banyak sekali situs-situs yang mengatasnamakan Islam, sedangkan isi berita yang mereka muat dipelintir sesuai kepentingan suatu golongan tertentu, bahkan beberapa berita yang dimuat berisi fitnah.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda bahwa musuh umat Islam nantinya bukan lagi hanya orang-orang kafir, melainkan akan ada orang-orang yang bersembunyi dibalik tubuh Islam untuk menghancurkan umat Islam itu sendiri.
Mudah-mudahan kita terhindar dari fitnah yang ada di akhir zaman ini.
Rasulullah صلى الله عليه و سلم. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Dunia informasi sekarang ini sangat terbuka. Berita dan informasi bisa kita peroleh dari berbagai sumber. Berhati-hati menyebarluaskan informasi, telusuri terlebih dahulu kebenarannya.
Mari belajar menjadi pembaca yang cerdas, konsumen informasi yang kritis dan pemberi kabar yang amanah.
Read More
Share:

Jul 13, 2014

Menang ojo umuk, kalah ojo ngamuk.

Spanduk Pemilu 2014 Polres Bantul
"Menang ojo umuk, kalah ojo ngamuk."
Tulisan yang terpampang cukup besar di sebuah spanduk dari kepolisian di kota Semarang tersebut cukup menarik perhatianku ketika itu.
Betapa tidak, karena waktu itu negeri ini sedang dalam masa kampanye pemilu pilihan presiden 2014 atau yang biasa disebut dengan Pilpres.
Pilpres kali ini hanya diikuti oleh dua orang calon pasangan presiden dan wakil presiden, sangat menarik karena ini adalah kali pertama pemilihan presiden di Indonesia hanya diikuti oleh dua pasangan calon.
Paslon (pasangan calon-red) nomor urut satu adalah Prabowo Subianto-Muhammad Hatta. Sedangkan paslon kedua adalah Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kedua paslon tersebut diusung oleh beberapa partai politik yang berkoalisi, seperti Gerindra, PPP, Golkar, PKS, PBB dan PAN yang mengusung paslon nomor urut satu serta PDI-P, PKB, Hanura dan PKPI yang mengusung paslon nomor urut dua.
Masa kampanye dilakukan sekitar kurang lebih satu bulan, mulai awal Juni. Yang sangat menarik perhatian adalah adanya isu-isu kampanye hitam atau black campaign yang dilakukan oleh masing-masing pasangan calon. Hal itu yang kemudian menimbulkan "jarak" di masyarakat antara pendukung pasangan nomor urut satu dan pasangan nomor urut dua. Banyak masyarakat yang tergiring opininya karena isu-isu kampanye hitam yang marak di media. Bahkan, media nasional pun mulai tidak netral dalam pemberitaan. Media televisi nasional seperti MNC Grup (RCTI-MNCTV-GlobalTV) dan VIVA Grup (antv-tvOne) lebih cenderung memihak kepada pasangan calon nomor urut satu, sedangkan MetroTV lebih cenderung memihak kepada pasangan nomor urut dua.
Tidak berakhir sampai masa kampanye saja, bahkan ketika hari pencoblosan dilakukan, yakni hari Rabu 9 Juli 2014, keberpihakan media nasional tersebut masih nampak. Seperti yang biasa dilakukan media nasional ketika ada pesta demokrasi, mereka berlomba-lomba membuat program hitung cepat atau yang biasa dikenal dengan quick count. Menariknya, ketika pilpres 2014 kali ini, hasil quick count yang dipublikasikan media nasional berbeda. Media yang berpihak pada pasangan nomor urut satu, mempublikasikan hasil quick count mereka yang mengunggulkan pasangan Prabowo-Hatta, sedangkan media nasional lain yang notabene netral termasuk MetroTV mempublikasikan hasil quick count yang mengunggulkan pasangan Jokowi-JK. Tidak hanya sampai di situ, bahkan masing-masing pasangan pun mendeklarasikan kemenangan mereka yang didapat dari hasil quick count tersebut. Saling klaim kemenangan pun terjadi hingga tanggal 22 Juli 2014 nanti ketika KPU mengeluarkan pengumuman resmi hasil pemilihan presiden yang dihitung secara manual.
"Menang ojo umuk, kalah ojo ngamuk"
Pesan dari kalimat terebut adalah bagi siapa saja yang merasa dirinya menang janganlah berlaku sombong, dan bagi pihak yang merasa kalah terimalah dengan lapang dada dan jangan berlaku anarkis. #IndonesiaDamai

Read More
Share:

Iqro'

Kawanku

Powered by Blogger.