Menerangi dalam Kegelapan.

SELAMAT DATANG DI BLOG TAUFIK YULIANTO | Follow twitter & instagram @taufikyulian21 | SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADAN 1441 H | Mari bergerak bersama untuk memutus penyebaran virus Covid-19 | tetap #dirumahaja dan jangan lupa #pakaimasker jika keluar rumah |

Apr 26, 2016

Di sini, aku juga belajar

SD Negeri Keditan (photo by Street view Google Map)
Satu minggu sebelum wisuda sarjana dari Universitas Negeri Semarang atau lebih dikenal dengan nama UNNES, aku mendapat sebuah amanah untuk membagikan sedikit ilmu yang kudapat selama kuliah di suatu sekolah yang istimewa. Cerita panjang sebelum akhirnya aku mendapat sebuah panggilan untuk mengajar di sebuah Sekolah Dasar yang berada di kaki Gunung Telomoyo, atau lebih tepatnya berada di Desa Keditan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. 
SD Negeri Keditan, itulah nama Sekolah Dasar tempatku mengabdi selama kurang lebih 6 bulan ini. Sekolah yang berada tepat di kaki Gunung Telomoyo ini tergolong sekolah kecil, karena hanya memiliki total 57 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Jumlah murid di SD ini sedikit karena Desa tempat SD ini berdiri hanya terdiri dari empat dusun kecil. Kesadaran masyarakat akan pendidikan juga masih sangat minim, terlihat dari kurang adanya dukungan atau perhatin dari orang tua/murid terhadap hasil belajar putra-putri mereka.
Budaya berjabat tangan setelah selesai melaksanakan Upacara Bendera

Sambutan hangat kudapatkan ketika pertama kali bergabung dengan keluarga besar SD Negeri Keditan. SD Negeri Keditan memiliki 9 orang guru termasuk aku dan 1 orang penjaga, tetapi tidak semuanya mengajar penuh di SD ini. Seorang Kepala Sekolah yang merangkap dengan SD tetangga bernama Pak Sumari, guru PAI yang juga merangkap bernama Bu Ngadikin, guru Penjas yang juga merangkap bernama Bu Towilah. Sisanya guru yang mengajar penuh di SD Negeri Keditan, yakni Pak Mulyanto (Pak Mul), guru kelas enam, Pak Slamet Agus Wibowo (Pak Agus), guru kelas lima, Bu Jeni Swadari P. (Bu Yeni), guru kelas tiga, Bu Suryani (Bu Yani), guru kelas dua, Bu Lastri Asih (Bu Lastri), guru kelas satu, Pak Prihadi (Pak Jepri) penjaga sekolah dan aku mendapatkan amanah untuk mengajar di kelas empat.
Jumlah siswa kelas empat yang ku ampu hanya terdiri dari 7 siswa. Awalnya aku kaget, karena pengalaman ketika kuliah sekolah-sekolah di kota rata-rata memiliki jumlah siswa yang banyak. Dari sinilah aku mulai mengerti kenyataan bahwa sekolah di daerah sangat berbeda dengan sekolah yang ada di kota.
Mendampingi anak-anak pada POPDA Kecamatan
Banyak pengalaman berharga yang sudah kudapat selama 6 bulan mengajar di sini. Mulai dari pengalaman mengajar di kelas, hingga pengalaman mengikuti beberapa acara tingkat kecamatan seperti lomba MAPSI, POPDA, Pesta Siaga dan lain sebagainya.
Di sini, aku juga banyak belajar. Bukan hanya belajar dari Bapak Ibu guru, namun juga belajar dari anak-anak. Karena guru bukan buku yang serba tahu. Guru adalah pelita yang menerangi putra bangsa untuk belajar menggapai asa.

Upacara Peringatan Hari Kartini

Salah satu pembelajaran SBK Kelas IV

Share:

Iqro'

Kawanku

Powered by Blogger.